Katakanlah , “Ya Allah, Pemilik kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau tanggalkan (hilangkan) kerajaan itu dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa Engkau kehendaki. Ditangan Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala seuatu. Engkau masukan malam pada siang dan Engkau masukan siang pada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki dengan tiada terhitung.” (QS. Ali Imran :26-27).
Kedua ayat diatas menggambarkan sebuah dinamika dan kenyataan yang memenuhi hati, perasaan, dan indra manusia. Kenyataan dimasukkannya malam ke dalam siang dan sebaliknya serta dikeluarkannya sesuatu yang hidup dari sesuatu yang mati dan sebaliknya menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah bagi hati yang mau mendengar suara fitrah dan keimanan yang benar.
Dimasukannya malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam diartikan bahwa malam mengambil waktu dari sebagian siang dan siang mengambil sebagian waktu dari malam pada perputaran musim atau malam masuk ke sebagian waktu siang dan siang masuk ke sebagian waktu malam ketika senja dan pagi hari. Baik arti pertama dan kedua, yang jelas hati manusia seolah-olah “melihat tangan tuhan” ketika menggerakan falak, membalikan bola planet yang gelap didepan planet yang terang dan membalik tempat-tempat yang gelap dengan tempat-tempat yang terang. Sedikit demi sedikit pagi bernapas dalam gelap. Sedikit demi sedikit siang bernapas panjang karena diambil dari sebagian malam diawal musim panas. Sedikit demi sedikit malam juga menjadi panjang yang mengambil sebagian waktu siang dimusim, dingin. Semua itu adalah gerakan yang tidak mungkin dikendalikan oleh manusia atau terjadi secara kebetulan tanpa perencanaan.
Begitu juga dengan gejala kehidupan dan kematian. Masing-masing masuk ke bagian yang lain secara perlahan dan bertahap. Setiap saat, dimana ada kehidupan, selalu ada kematian. Sel-sel yang hidup akan mati dan akan lahir sel-sel baru. Makhluk yang mati akan digantikan oleh makhluk lain yang hidup, begitu seterusnya. Ini terjadi pad satu makhluk.
Lingkupnya pun meluas dan semua makhluk hidup akan mati. Akan tetapi, sel yang berubah menjadi atom masuk ke dalam komposisi lain, kemudian masuk ke tubuh yang hidup dan menimbulkan kehidupan. Hal itu merupakan siklus yang terus terjadi sepanjang siang dan malam. Semua itu adalah gerakan yang tidak mungkin dikendalikan oleh manusia atau terjadi secara kebetulan tanpa perencanaan.
Kehidupan dan kematian merupakan gerak yang dialami oleh setiap makhluk hidup diseluruh alam semesta, yaitu gerakan yang tidak terlihat dan dalam, yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an pada hati dan akal manusia. Gerakan ini memberitahukan kekuasaan Allah yang merencanakan dan mengaturnya. Lalu, bagaimana manusia berusaha lari dari rencana dan aturan Tuhan itu? Bagaimana mereka saling menjadikan yang lain sebagai budak atau sebagai Tuhan, padahal semua rezeki mereka berada ditangan Allah? Siklus tentang kematian dan kehidupan sungguh merupakan sentuhan yang mengingatkan hati manusia akan kenyataan yang lebih besar, yaitu hakekat keesaan Allah.
Semua zat makanan yang dikonsumsi oleh makhluk hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuhan baik dalam bentuk cairan , gas, garam, maupun zat organik, bahkan sampai ke sel-sel makhluk hidup dalam keadaan mati. Atas kehendak Ilahi, zat makanan yang mati itu berubah menjadi sel yang hidup serta membangun jaringan dan organ makhluk hidup untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau mati yang dikeluarkan oleh mahkluk hidup dalam bentuk gas melalui pernapasan atau dalam bentuk urine, keringat dan sekresi-sekresi lainnya. Dari siklus asimilasi tumbuhan tampak kemahakuasaan Allah yang menjadikan kematian sebagai sesuatu yang mutlak diperlukan untuk kelansungan hidup.
Siklus kehidupan dan kematian merupakan suatu mukjizat dan rahasia kehidupan itu sendiri. Ciri utama siklus kehidupan tumbuh-tumbuhan adalah air, karbon dioksida, nitrogen dan garam nonorganik yang berada didalam tanah berubah menjadi zat-zat organik berkat bantuan energi matahari, tumbuh-tumbuhan hijau, enzim yang berada didalamnya dan beberapa jenis bakteri. Zat-zat organik yang mengandung kehidupan itu di kenal dengan nama protoplasma dan terdapat disemua mahkluk hidup. Selanjutnya, zat-zat itu berubah lagi (mati) dalam bentuk sampah, produk metabolisme dan pernapasan, kemudian dalam bentuk tubuh secara keseluruhan ketika ia mati dan siap memasuki fase kehidupan baru. Begitulah setiap saat Allah mengeluarkan kehidupan dari sesuatu yang mati dan mengelaurkan kematian dari sesuatu yang hidup. Siklus yang terjadi berulang-ulang ini hanya terjadi pada makhluk yang dititipi rahasia kehidupan oleh Allah.
Ayat diatas mengingatkan orang-orang yang mau berfikir (ulil albab) pada penciptaan kehidupan dari materi bumi yang mati. Begitulah, Al-Qur’an menjelaskan segala dikeluarkannya sesuatu yang hidup dari sesuatu yang mati agar dapat mengeluarkan sesuatu yang mati dari sesuatu yang hidup. Disitulah letak kemukjizatannya.
Seorang mukmin yang khusyuk akan bertasbih mengagungkan Tuhan ketika ia melihat dan mengamati alam disekitarnya. Tanah tandus dan keras, disiran air hujan hingga menjadi subur dan menumbuhkan tumbuha-tumbuhan hijau yang segar. Semua itu menjadi saksi atas kekuasaan Allah bahwa Dia akan menghidupkan kembali mayat dari kuburnya. Dengan demikian, keimanannya makin bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar